Download Tafsir Ath-Thabary PDF

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد

Segala puji bagi Allah yang memiliki segala pengetahuan, yang mengajarkan pengetahuan kepada manusia dengan qolam (pena)

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad Saw. yang bersabda:
 مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّين
Artinya: “Barangsiapa yang dikehendaki Allah (mendapat) kebaikan, niscaya Allah akan memberikannya pemahaman dalam masalah agama.” (HR. Bukhari).

TAFSIR ATH-THABARI 


A. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Al-Qur’an sebagai kitab suci dan pedoman hidup manusia memiliki karakteristik yang terbuka untuk ditafsirkan, ini dapat dilihat dalam realitas sejarah penafsiran al-Qur’an sebagi respon umat Islam dalam upaya memahaminya. Pemahaman atasnya tidak pernah berhenti, tetapi terus berkembang secara dinamis mengikuti pergeseran zaman dan putaran sejarah. Inilah yang menyebabkan munculnya beragam madzhab dan corak dalam penafsiran al-Qur’an.

Studi atas Al-Quran telah banyak dilakukan oleh para ulama dan sarjana tempo dulu, termasuk para sahabat di zaman Rasulullah saw. Hal itu tidak lepas dari disiplin dan keahlian yang dimiliki oleh mereka masing-masing. Ada yang mencoba mengelaborasi dan melakukan eksplorasi lewat perspektif keimananm historis, bahasa dan sastra, pengkodifikasian, kemu’jizatan penafsiran serta telaah kepada huruf-hurufnya.

Kondisi semacam itu bukan hanya merupakan artikulasi tanggung jawab seorang Muslim untuk memahami bahasa-bahasa agamanya. Tetapi sudah berkembang kepada nuansa lain yang menitikberatkan kepada studi yang bersifat ilmiah yang memberikan kontribusi dalam perkembangan pemikiran dalam dunia Islam. Kalangan sarjana Barat banyak yang melibatkan diri dalam pengkajian Al-Quran, dengan motivasi dan latar belakang kultural maupun intelektual yang berbeda-beda.
Al-Quran sebagai diketahui terdiri dari 114 surat, yang di awali dengan beberapa macam pembukaan (Fawatih Al-Suwar), di antara macam pembuka surat yang tetap aktual pembahasannya hingga sekarang ini huruf muqatha’ah. Menurut Watt, huruf-huruf yang terdiri dari huruf-huruf alphabet (hijaiyah) ini, selain mandiri juga mengadung banyak misterius, karena sampai saat ini belum ada pendapat yang dapat menjelaskan masalah itu secara memuaskan.

I.2  Rumusan Masalah

1.  Biografi Pengarang Kitab Ath-Thabari.
2.  Tentang Kitab Ath-Thabari.
3.  Contoh Penafsiran Dalam Kitab Ath-Thabari.
4.  Kelebihan Dan Kekurangan Kitab Ath-Thabari

B. PEMBAHASAN

2.1 BIOGRAFI PENGRANG TAFSIR ATH-THABARI

Nama lengkap Ath-Thabari adalah Muhammad bin Jabir bin Kholid bin Katsir Abu Ja’far Ath-Thabari, Lahir di Amil Thabaristan yang terletak di pantai selatan laut Thabaritsan pada tahun 225 H/839 M dan meninggal di Baghdad pada tahun 310 H/923 M. Beliau  seorang ulamayang sulit dicari bandinganya, banyak meriwayatkan hadits, luas pengetahuanya dalam bidang penukilan, penarjihan riwayat-riwayat, sejarah tokoh masa lalu.[1]

Guru-guru beliau 

1. Muhammad bin Abdul Malik bin Abi Asy-Syawarib 
2. Ismail Bin Musa As-Sanadi 
3. Muhammad bin Abi Ma'syar 
4. Muhammad bin Hamid Ar-Razi 
5. Abu Kuraib Muhammad Ibnul A'la 
6. Muhammad bin Al-Mutsanna, dan selain mereka·      

Murid-murid beliau 

1. Abu Syuaib bin Abdillah bin Al-Hasan bin Al-Harani. 
2. Abul Qasim Ath-Thabrani 
3. Ahmad bin Kamil Al-Qadhi 
4. Abu Bakar Asy-Syafi'i 
6. Mukhallad bin Ja'far Al-Baqrahi 
7. Abu Mammad Ibnu Zaid Al-Qadhi 
8. Ahmad bin Al-Qasim Al-Khasysyab 
9. Abu Amr Muhammad bin Ahmad bin Hamdan.

Karya-Karyanya 

1. Jami’ Al-Bayan fi TafsirAl-Qur’an
2. Tarikh al-Umam Wa al-Muluk
3. Ikhtilaf Ulama Al-Amshar Fil Ahkam Syarai Al-Islam, (Ikhtilaf Al-Fuqaha) 
4. Lathif Al-Qaul Fi Ahkam Syar'i Al-Islam, fiqih Ibnu Jarir 
5. Basith Al-Qaul Fi Ahkam Al-Islam 
6. Adab Al-Qudhah, dan selainya masih sangat banyak
7. Tarikh Ar-Rijal
8. Tahdib Al-Atsar[2]

2.2 TENTANG TAFSIR ATH-THABARI
            
Kitabnya tentang tafsir, Jami’ Al-Bayan fi TafsirAl-Qur’an, merupakan tafsir yang paling besar dan utama serta menjadi rujukan penting bagi para mufasir bil-ma’sur. Ibnu Jarir memapaarkan tafsri dengan  menyandarkanya kepada sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in. ia juga mengemukakan berbagai pendapat dan menarjihnya sebagian atas yang lain, Para ulama berkompenten sependapat bahwa belum pernah disusun sebuah kitab tafsir pun yang menyamainya. Nawawi dalam Tahzid-nya mengemukakan, Kitab Ibn Jarir dalam bidang tafsiradalah sebuah kitab yang belum seorangpun pernah menyusun kitab yang menyamainya. Ibn jarir mempunyai keistimewaan tersendiri berupa istinbat yang unggul dan pemberian isyarat terhadap kata-kata yang samar I’rab-nya. Dengan itulah, antara lain, tafsir tersebut berda di atas tafsir-tafsir yang lain. Sehinga Ibn Katsir banyak menukil darinya.   Adapun Sumber Penafsiran kitab tefsir tersebut yaitu.

Ø  Al-Qur’an
Ø  Hadis Nabi saw
Ø  Qaul Sahabat
Ø  Qaul Tabi’in dan Tabi’ Tabi’in
Ø Isra’iliyat[3]

Kitab tafsir Jami’ Al Bayan atau dikenal dengan nama tafsir Al-Thabari ini merupakan tafsir yang boleh dikatakan tafsir terlengkap di antara tafsir-tafsir yang lain hingga saat ini. Hal ini dapat kita pahami dari lengkapnya unsur-unsur yang digunakan dalam penafsiran dengan menyebutkan riwayat dan sanad yang begitu lengkap. Secara garis besar, penafsiran tafsir Ath-Thabari yaitu:

Ø Tafsir ath-Thabari termasuk tafsir bi al-ma’tsur.

Ø Mufasir dalam hal ini menafsirkan ayat Al-Quran dengan jelas dan bersandar pada sabda Rasulullah, sahabat dan juga tabi’in disertai sanadnya.

Ø Jika dalam ayat tersebut ada dua pendapat atau lebih, disebutkan satu persatu dengan dalil dan riwayat dari sahabat ataupun tabi’in yang mendukung dari tiap-tiap pendapat kemudian memilih diantara pendapat tersebut yang lebih kuat dari segi dalilnya

Ø Beliau juga menyebutkan segi-segi ir’ab-nya, dan menjelaskan kata-kata sekaligus maknanya (tahlili).

Ø Mengali hokum-hukun syari’at jika ayat tersebut berkaitan dengan masalah hukum.

Ø Mufasir juga menjabarkan tentang nasikh wa mansukh.

Ø Menulis kisah-kisah berita-berita, kejadian hari kiamat dan yang lainya. Dan kisah-kisah israliyiat.[4]

Kelengkapan yang dimiliki inilah yang menjadi ciri utama tafsir Al-Thabari. Adapun corak penafsiran yang merupakan ciri khusus tafsir Al-Thabari ini yang mungkin berbeda dengan tafsir lainnya adalah memadukan dua sisi yaitu bi al- ma’tsur dan bi al- ra’yi. Bagi orang-orang yang belum mengkaji secara mendalam.

2.3 CONTOH PENAFSIRAN DALAM KITAB ATH-THABARI

وَلَا تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ حَتَّىٰ يَبْلُغَ أَشُدَّهُ  (الانعم: اية 152)
’Dan janganlah Kamu sekalian mendekati harta anak  Yatim kecuali dengan perbuatan yang baik sehinga sampai dia dewasa’’

القول في تأويل قوله : { ولا تقربوا مال اليتيم إلا بالتي هي أحسن حتى يبلغ أشده }

’Beliau berkata di dalam Tafsirnya (Ath-Thabari), tentang firman Allah yang berbunyi :  Dan janganlah Kamu sekalian mendekati harta anak  Yatim kecuali dengan perbuatan yang baik’
قال أبو جعفر: يعني جل ثناؤه بقوله:(ولا تقربوا مال اليتيم إلا بالتي هي أحسن)، ولا تقربوا ماله إلا بما فيه صلاحه وتثميره
’Abu jakfar berkata : Abu Jakfar mengharapkan dari firman Allah :( Dan janganlah Kamu sekalian mendekati harta anak  Yatim kecuali dengan perbuatan yang baik ), dan janganlah kamu sekalian mendekati karta tersebut kecuali ada kemanfaatan dan kemaslahatan’’

- حدثني المثنى قال، حدثنا الحماني قال، حدثنا شريك، عن ليث، عن مجاهد:(ولا تقربوا مال اليتيم إلا بالتي هي أحسن)، قال: التجارة فيه.
‘’
Telah menceritakan kepadaku musana, Dia Berkata, Hamani Bercerita Kepadaku, Dia Berkata, Syarik Berkata Kepadaku, Dari Mujahid : (Dan janganlah Kamu sekalian mendekati harta anak  Yatim kecuali dengan perbuatan yang baik), Ath-Thabari menafsirkan, Berdagang Dengan Harta Tersebut’’

- حدثني محمد بن الحسين قال، حدثنا أحمد بن المفضل قال، حدثنا أسباط، عن السدي:(ولا تقربوا مال اليتيم إلا بالتي هي أحسن)، فليثمر ماله .
‘’
Telah Bercerita Kepadaku Muhammad Bin Hassan, Dia Berkata, Menceritakan Ahmmad Bin Mufdol, Dia Berkata, Berkata Asbad, Dari Sudda, ( (Dan janganlah Kamu sekalian mendekati harta anak  Yatim kecuali dengan perbuatan yang baik),Mengembngkan Harta Tersebut’’

- حدثني الحارث قال، حدثنا عبد العزيز قال، حدثنا فضيل بن مرزوق العنزي، عن سليط بن بلال، عن الضحاك بن مزاحم في قوله:(ولا تقربوا مال اليتيم إلا بالتي هي أحسن)، قال: يبتغي له فيه، ولا يأخذ من ربحه شيئا .

Telah Berkata Kepadaku Haris, Dia Berkata, Menceritakan Abdul Aziz, Dia Berkata, Fudail Bin Marzuq Al-anazi  Dari Sulid Bin Bilal, Dari dohak Bin Mazahim, Didalam Firmanya Allah ; ( (Dan janganlah Kamu sekalian mendekati harta anak  Yatim kecuali dengan perbuatan yang baik). Ath-Thabari menafsirkan didalam kitabnya Boleh saja Mengunakan harta tersebut, Dan tidak Mengambil keuntungan sepeserpun.[5]

2.4 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TAFSIR ATH-THABARI

Kelebihan 

1. Tafsir Al-Thabari mengandung banyak cabang ilmu yang menunjang kelengkapan dan kesempurnaannya, seperti ilmu Bahasa, Nahwu, Riwayat, qira’at dan sebagainya.

2. Dengan kandungan yang begitu lengkap dapat berperan penting bagi pengkajinya dalam menambah wawasan.

3. Disebutkannya berbagai pendapat atau atsar yang mutawatir, baik yang bersumber dari Nabi, para sahabat, tabi’in, tabi’ at tabi’in, serta para ulama sebelumnya menujukkan kehati-hatiannya dalam menafsirkan, sehingga mengecilkan kemungkinan ia berpendapat yang salah.

4. Kelengkapan dan kesempurnaan penjelasan menyebabkan orang yang mengkajinya dapat memahami tafsirnya dengan baik. 
  
Kekurangan 

1. Karena banyaknya riwayat yang dimuatnya, ia pun mengomentarinya, namun terkadang ada juga riwayat yang tidak dikomentarinya, sehingga dibutuhkan lagi penelitian lebih lanjut pada riwayat yang tidak dikomentarinya tersebut.

2. Pada umumnya ia tidak menyertakan penilaian shahih atau dho’if terhadap sanad-sanadnya.

3. Kelengkapan penjelasan yang disajikan menyebabkan dalam mengkaji dan mendalami tafsirnya membutuhkan waktu yang sangat lama, serta membutukan kesabaran.[6]

C. PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Nama lengkap Ath-Thabari adalah Muhammad bin Jabir bin Kholid bin Katsir Abu Ja’far Ath-Thabari.

Kitabnya tentang tafsir, Jami’ Al-Bayan fi TafsirAl-Qur’an, merupakan tafsir yang paling besar dan utama serta menjadi rujukan penting bagi para mufasir bil-ma’sur
Kitab tafsir Jami’ Al Bayan atau dikenal dengan nama tafsir Al-Thabari ini merupakan tafsir yang boleh dikatakan tafsir terlengkap di antara tafsir-tafsir yang lain hingga saat ini. Hal ini dapat kita pahami dari lengkapnya unsur-unsur yang digunakan dalam penafsiran dengan menyebutkan riwayat dan sanad yang begitu lengkap.

By: Rangga dipa

Post a Comment

Previous Post Next Post