Dibuka lewat Obsesi Kematian, Ditutup dengan Entakan-Perpustakaan.org

Hallo teman perpustakaan.org, semoga hari ini dalam keadaan sehat walafiat, ingin mencari buku/artikel tentang seputar perpustakaan disini tempatnya,temukan buku-buku serta artikel perpustakaan terbaik kami hanya di perpustakaan.org.

Tiap-tiap cerita dihadirkan dengan judul-judul yang tak hanya sebagai pengikat cerita, tetapi juga sebagai pengecoh bagi pembaca.


PERSEMBUNYIAN Terakhir Ilyas Hussein dan Cerita-Cerita Lainnya hadir dengan ”kenakalan” judul yang beragam di setiap cerita. Pembaca diajak memasuki alam cerita yang demikian luas melalui obsesi kematian pengarang, dan –di akhir perjalanan– dihadiahi entakan.

Kumpulan cerita pendek (cerpen) terbitan Buku Mojok ini berisi 18 cerita yang beberapa di antaranya telah terbit terlebih dahulu di media massa. Tiap-tiap cerita, oleh Muhammad Nanda Fauzan, dihadirkan dengan judul-judul yang tak hanya sebagai pengikat cerita sebagaimana peran judul pada umumnya, tetapi juga sebagai pengecoh bagi pembaca.

Cerpen pertama dalam kumpulan ini berjudul ”Ia Menyeret Diri dalam Lumpur”. Cerita dibuka dengan kalimat senada judul. Tentang seorang selir, yang berencana melarikan diri dari kerajaan, yang menjadi tulang punggung cerita. Luasnya alam cerita mulai tampak di paragraf ketiga, ketika alur waktu berpindah ke masa lalu. Di situlah petualangan pembaca dimulai.

Kisahan serupa pun dapat kita temui dalam ”Pemuda Malang dan Persembunyian Terakhir Ilyas Hussein”. Bagi yang pernah membaca biografi Tan Malaka, Bapak Republik Indonesia, pastilah mengenali nama Ilyas Hussein yang tak lain merupakan salah satu nama samaran salah satu pejuang kemerdekaan Indonesia tersebut.

Sepanjang petualangan, pembaca akan menemukan keping-keping elaborasi sejarah yang pernah terjadi di Indonesia –sebagian besarnya terkhusus di wilayah yang kini kita sebut sebagai Jawa Barat.

Selama memungut kepingan-kepingan, secara perlahan pembaca kemudian dibawa ke alur yang menjauhi benang merah –antara awal dan akhir cerita– hingga di 3⁄4 cerita. Begitu cerita akan berakhir, barulah pembaca dibawa kembali ke benang merah, dengan bonus sebuah entakan yang menjebol ruang tafsir atas cerita tersebut.

Dalam kumpulan cerpen ini, tampaknya Muhammad Nanda Fauzan senang bermain-main dengan teknik bercerita semacam itu, sebab dapat kita temukan pula teknik tersebut pada sejumlah judul lain: ”Tamasya Para Hantu”, ”Fianchetto di Buitenzorg”, ”Tando”, ”Kagum 5 Juta”, ”Kau atau Topengmu yang Menjadi Pembunuh Malam Ini?”, ”Nekromansi”, dan ”Meruwat Laut”.

Selain bermain-main dengan elaborasi sejarah, cerpenis kelahiran Banten 22 tahun silam ini pun menawarkan penceritaan multi-sudut pandang atas satu cerita. Ialah ”Kutuk Banaspati: Empat Cerita pada Satu Malam”; mengusung kondisi sebuah keluarga pasca-cerai mati dari empat sudut pandang. Secara garis besar, cerita mengulik bagaimana sikap seorang suami yang baru saja ditinggal mati sang istri, dan bagaimana anak semata wayang mereka merespons hal tersebut.

Terbaca kliselah memang, tetapi respons si anak yang ternyata diwujudkan (justru) oleh orang lain di luar lingkaran keluarganya merupakan suatu entakan yang cukup menggelitik di benak pembaca. Selain itu, ada pembangkit empati pembaca, yakni kompleksitas keluarga si anak yang –sekali lagi– tampak sederhana. Ia beririsan dengan kondisi keluarga lain yang tak kalah peliknya. Oleh sebab itu, keberpihakan pembaca dibuat terombang-ambing.

Empati semacam itu juga muncul pada cerpen ”Aksi Terakhir Rudy Palkam”. Sosok narapidana yang meninggalkan kegelisahan di kepala pembaca merupakan satu cerminan individu yang kerap dilupakan kebaikannya. Hanya karena seseorang melakuan kejahatan, kemudian dipenjara, bukan berarti kebaikan dalam dirinya sirna –pun rekam jejak kebaikannya di masa lalu.

Cerita perihal kematian pun hadir di judul ”Dendam dan Dua Ember Kalajengking”. Tak seperti ”Kutuk Banaspati: Empat Cerita pada Satu Malam”, ”Dendam dan Dua Ember Kalajengking” menghadirkan satu sudut pandang dengan latar belakang keluarga yang juga kompleks. Seorang perempuan yatim piatu yang piawai ”memanen” kalajengking akhirnya harus berurusan dengan kematian.

Entakan di cerita tersebut tak segeli cerita sebelumnya, alih-alih lembut cenderung menghanyutkan; senada dengan cerpen ”Karabaong Menyaru Burung”.

Apakah Muhammad Nanda Fauzan terobsesi pada kematian? Bisa jadi iya, bisa juga tidak. Selain entakan, tampaknya ia gemar meramu kematian di sebagian cerpen dalam buku setebal 180 halaman ini.

Di sisi selain itu, tuturan anak-anak pada sejumlah cerita terasa begitu menghibur. Satu di antaranya ialah ”Tikar Itu Merah, Jenderal!”. Ia diawali dengan adegan klenik yang, tak bisa dimungkiri, cukup tragis; dilanjutkan ke kilas balik dua anak bermain ”komunis-komunisan”.

Upaya Muhammad Nanda Fauzan memunculkan pola pikir anak dalam menamai sebuah permainan tampak berhasil. Seperti halnya nama-nama lain yang sudah umum ada di sekitar kita –seperti perang-perangan dan tembak-tembakan– ia mengubah kengerian terhadap stigma komunis menjadi tak ubahnya permainan anak-anak belaka.

Terakhir, secara subjektif saya paling suka membaca ”Permen Itu Lezat Sekali”. Kembali menghadirkan sudut pandang anak-anak, Muhammad Nanda Fauzan memotret penculikan dan eksploitasi anak yang kerap terjadi di kota.

Entakan cerpen ini lezat sekali. Kelezatannya bak pisau supertajam yang mengiris empati pembaca. Membuatnya tak sadar sudah berdarah usai membaca. (*)


  • Judul: Persembunyian Terakhir Ilyas Hussein dan Cerita-Cerita Lainnya
  • Pengarang: Muhammad Nanda Fauzan
  • Penerbit: Buku Mojok
  • Cetakan: Pertama, Maret 2022
  • Tebal: vi + 180 halaman
  • ISBN: 978-623-7284-73-4

*) ILDA KARWAYU, Penulis puisi, fiksi, dan nonfiksi

Terima Kasih teman perpustakaan.org telah membaca artikel/buku - buku di perpustakaan.org, Semoga teman perpustakaan.org dapat membuka wawasan teman perpustakaan.org sekalian dalam menimba ilmu di dunia maya,apabila ada kekurangan dalam penulisan berita di perpustakaan.org Mohon di maafkan,karena seyogianya penulis hanya seorang manusia biasa yang tidak luput dari sebuah kesalahan,jangan lupa tinggal komentar di berita ini ya sobat perpustakaan.org, terima kasih.


#perpustakaannasional, #perpustakaansekolah, #perpustakaananak, #perpustakaandigital, #perpustakaankeliling, #perpustakaanjalanan, #perpustakaanmini, #ayokeperpustakaan, #perpustakaandesa, #perpustakaanumum, #perpustakaandaerah, #perpustakaanrumah, #perpustakaanindonesia, #perpustakaanonline, #perpustakaangratis

Post a Comment

Previous Post Next Post