Memaknai Sastra, Menegaskan Kemanusiaan-Perpustakaan.org

Hallo teman perpustakaan.org, semoga hari ini dalam keadaan sehat walafiat, ingin mencari buku/artikel tentang seputar perpustakaan disini tempatnya,temukan buku-buku serta artikel perpustakaan terbaik kami hanya di perpustakaan.org.

Lewat kumpulan esai ini, Anton Kurnia menawarkan cara menerjemahkan sudut pandang sastrawan dalam melihat masa kini dan masa depan.


MELALUI esai-esainya, Anton Kurnia membagi semangat atas upayanya memberi makna pada hidup dengan menyelami nilai-nilai yang pernah dilahirkan para sastrawan besar. Anton yang selain sebagai penulis juga dikenal sebagai penerjemah menyinggung pula karut-marut dunia antara sejarah sosial dan politik kebudayaan, antara personalitas ekspresi sastrawan, serta peta dunia perbukuan.

Semua itu menjadi gambaran jauhnya langkah dan mendalamnya pemahaman Anton atas jalan dirinya sebagai seorang penulis. Semua juga tersaji dalam barisan kata dan kalimat, metafora perumpamaan, dan refleksi kontekstual kekuatan sastra yang tentu tak hanya menjadi penanda bagi ingatan. Tapi juga bermanfaat untuk dibaca dan direnungkan.

Kumpulan esai dalam Dilarang Membaca ini ibarat mozaik yang diikat benang merah refleksi tentang sejumlah persoalan sastra. Di bagian 1, dia menggagas berbagai hal kaitan sastra kita dan sastra dunia. Bagian 2 meneroka persoalan sastra kaitannya dengan politik dan kekuasaan. Lalu, bagian 3 memaknai hayat dan karya sejumlah tokoh mulai Pram hingga Wiji Thukul.

Seperti dalam ”Sastra dan Realitas Imajiner” (halaman 31–42), Anton menjelajahi Ceko, negeri asal sastrawan ternama, Franz Kafka. Lewat fragmen lanskap kota yang terdapat dalam karya-karya legendaris Kafka, Anton menyelami dunia batin Kafka, mencoba menemukan kaitan antara harapan dan kenyataan Kafka, lalu merumuskannya menjadi sebuah kolase. Semacam renungan sastrawi akan dunia: menelusuri dunia Kafka untuk menerjemahkan dunia manusia.

Begitu pula esai ”Sastra dan Kecamuk Politik”, ”Sastra Indonesia di Tepi Pentas Dunia”, ”Orang-Orang yang Terbuang”, ”Sumbangan Sastrawan Eksil”, ”Indonesia, Buku, Pramoedya”, dan ”Dilarang Membaca” adalah presentasi literer atas kenyataan yang terjadi dalam dinamika dunia sastra dan perbukuan. Menjadi isu yang tak henti dibicarakan sebagai polemik, baik di jagat maya maupun ruang diskusi publik.

Dengannya, buku ini membicarakan sastra sebagai ekspresi seni dan produk budaya. Dia menawarkan cara menerjemahkan sudut pandang sastrawan dalam melihat masa kini dan masa depan. Tidak hanya sebagai teks (ekspresi kreatif sastrawan dengan berbagai gaya dan genre karya), dia melihat sastra juga sebagai konteks, bahkan ajang kontestasi berbagai aspek yang saling berkelindan.

Karena itu, ia mengupas gugusan nilai dan makna di balik artikulasi sastra sebagai simbolisasi fakta yang merepresentasikan masalah zamannya. Ia membedah berbagai permasalahan sosial, lalu menguraikannya dalam elemen-elemen penting yang fundamental untuk membangun konsepsi konstruktif atas bayangan ideal bagi sastra, kebudayaan, dan kemanusiaan.

Ia membuat kita berpikir ulang, memaknai apa yang luput tak tertandai, dengan wawasan dan kesadaran hari ini –hal yang menjadi poin penting buku ini. Esai-esainya tidak berdiri sendiri, tapi mengajak pembacanya terlibat di dalamnya dalam sebuah refleksi yang kontekstual. Pembicaraannya tentang sastra kaum eksil, misalnya, bisa dirunut dalam sebuah sejarah sosial.

Represivitas negara terwujud melalui kesewenang-wenangan untuk tidak hanya melakukan ”sensor”, tapi juga melarang hidup sastrawan yang dicap berpihak pada musuh negara. Dengannya, sastra kita tumbuh, berkembang, dan belajar menjadi dewasa, antara kreativitas dan moralitas, antara kualitas dan kompromisitas (halaman 43–63).

Membacanya, kita ibarat diajak masuk ke dunia fantasi dan imaji yang ada dalam karya-karya sastra, menerjemahkan makna presentasi sejarah kemanusiaan yang hadir di dalamnya. Lalu diajak termangu menyadari ada ruang kosong berisi nilai hidup yang selama ini ternyata hilang dalam hidup kita (dan kita tak menyadarinya).

Kesemuanya itu membuktikan bahwa perjalanan sastra tidak berangkat dari ruang hampa. Ia tumbuh dalam kekayaan imaji, histori sosial, sejarah kebudayaan, hingga industri dan politik paradoksal yang saling berkelindan.

Untuk itu, penulis meyakini tugas sastrawan adalah melakukan gugatan kritis atas kemapanan di semua bidang kehidupan –termasuk membongkar logika politik kekuasaan yang kerap menyembunyikan hal-hal yang entah karena dianggap tidak penting atau memang sengaja dilupakan. Setiap karya sastra sesungguhnya adalah otobiografi pengarangnya pada tahap dan situasi tertentu. Persembahannya kepada masyarakat adalah sumbangan individu pada kolektivitas (halaman 93).

Kumpulan esai ini menyimpan rekam jejak dari berbagai masalah yang muncul dalam jagat sastra (baca: kebudayaan) kita, menyiratkan sebuah usaha untuk memenuhi ruang pemaknaan. Mulai upayanya mengenang berbagai nama dan peristiwa sebagai ikhtiar melawan lupa hingga tanggung jawab kaum intelektual di tengah kebangkrutan kolektif kemanusiaan kita sebagai bangsa.

Buku ini menjadi konklusi penting untuk merepresentasikan orientasi nilai kultural dan sosial dalam ekspresi artistik dan estetik sastra. Perangkat-perangkat ide dari karya sastra membuka berbagai kemungkinan makna, kontekstualisasi, dan daya potensinya dalam laju zaman.

Ia bisa menjadi medium edukasi dalam menempa sikap, sifat, dan karakter dalam konteks kemanusiaan. Dengannya, sastra menjadi bukti penegasan pemaknaan hidup seorang Anton Kurnia, yang diakselerasi dalam karya, kajian, dan kerja penerjemahannya sekaligus sebagai proyeksi personalitasnya sebagai seorang manusia. (*)



  • Judul: Dilarang Membaca
  • Penulis: Anton Kurnia
  • Penerbit: Pustaka Merahitam
  • Cetakan: Pertama, Februari 2022
  • Tebal: viii + 106 halaman
  • ISBN: 978-602-481-654-4

*) PURNAWAN ANDRA, Pamong Budaya Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek

Terima Kasih teman perpustakaan.org telah membaca artikel/buku - buku di perpustakaan.org, Semoga teman perpustakaan.org dapat membuka wawasan teman perpustakaan.org sekalian dalam menimba ilmu di dunia maya,apabila ada kekurangan dalam penulisan berita di perpustakaan.org Mohon di maafkan,karena seyogianya penulis hanya seorang manusia biasa yang tidak luput dari sebuah kesalahan,jangan lupa tinggal komentar di berita ini ya sobat perpustakaan.org, terima kasih.

Post a Comment

Previous Post Next Post