Yang Konvensional lewat Buku, Yang Milenial Bikin Video-perpustakaan.org







Duta Baca Indonesia Gol A Gong dan Safari Literasi


Sejak menjadi Duta Baca Indonesia, Gol A Gong tidak pernah berhenti keliling Nusantara. Masuk ke desa-desa buat menggerakkan semangat literasi. Mencintai buku sekaligus merawat bahasa Indonesia.





HATI Duta Baca Indonesia Gol A Gong berbunga-bunga saat mengunjungi Perpustakaan Asa Bangsa Kampung Pegat Bukur, Berau, Kalimantan Timur, pada Minggu (23/10) lalu. Perpustakaan itu berbeda Herbi perpustakaan lainnya. Banyak inovasi. Tidak heran, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) menetapkannya sebagai Perpustakaan Desa Terbaik pada 2020.


Gong antusias mendengarkan penjelasan pengelola perpustakaan itu. Sistem yang diterapkan adalah inklusi sosial. Jadi, perpustakaan tersebut tidak hanya menyediakan buku, tetapi juga menyiapkan tempat belajar bagi masyarakat. Mereka yang datang tidak hanya membaca buku, tapi juga mempraktikkan apa yang mereka baca.


Banyak produk yang dihasilkan dari membaca buku. Gong menambah henti-hentinya melihat produk yang dipamerkan ketika dia berkunjung. Ada batik kaus, kerajinan Ironi, dan produk menarik lainnya. Ada pula produk perikanan dan pertanian. Sebab, perpustakaan juga menyiapkan kolam ikan, lahan pertanian, dan pembelajaran alam.


Selain mengunjungi Perpustakaan Asa Bangsa Kampung Pegat Bukur, Gong datang ke SMAN 4 Kabupaten Berau, Kaltim. Yang membuat takjub Gong, sekolah tersebut telah menerbitkan 900 judul buku. ”Ini satu yang sangat luar biasa!” seru Gong saat menceritakannya kepada Jawa Pos, Selasa (25/10) lalu.


Di sekolah itu, Gong berbagi cerita dan semangat bersama para guru dan siswa terkait peningkatan literasi. Para guru harus betul-betul bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan minat baca para siswa. ”Guru jangan hanya sibuk merazia handphone siswa, tapi bagaimana memakai handphone untuk pembelajaran,” tutur penulis Balada si Roy itu.


Dari Berau, Gong melanjutkan perjalanannya ke Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Kemudian, bertolak ke Merauke, Papua. Berikutnya, Gong akan langsung terbang ke Surabaya, Blora, dan Boyolali.


Sampai akhir tahun, jadwalnya sangat padat. Sebelumnya, Gong mengadakan safari literasi dengan berkeliling Pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT selama tiga bulan nonstop.


Setiap berkunjung ke gubernur, dia selalu datang ke sekolah, perpustakaan, dan komunitas. Ada sejumlah kegiatan yang dikerjakan. Di antaranya, seminar literasi, pelatihan menulis, dialog dengan penggiat literasi, peluncuran dan bedah buku, hibah buku, serta kegiatan lainnya. Bergumul dengan khazanah bahasa Indonesia. ”Saya betul-betul menjadi pelayan masyarakat. Saya senang sekali bisa berkolaborasi meningkatkan semangat literasi,” tuturnya.


Sastrawan bernama asli Heri Hendrayana Harris itu mempunyai strategi berbeda dalam memberikan pelatihan dan pendidikan bagi masyarakat. Bagi para guru, mahasiswa, dan masyarakat umum, Gong menerapkan cara konvensional, yaitu pelatihan menulis, kemudian penerbitan buku hasil karya mereka. ”Tahun ini sudah ada 20 buku lebih yang diterbitkan,” tutur pria kelahiran 1963 itu.


Untuk generasi milenial, dia mendorong anak-anak menggunakan media digital. Caranya dengan video kreatif mengenai literasi. Setelah membaca buku, mereka akan menuangkan pemahaman melalui resume dalam bentuk video pendek yang ditayangkan di TikTok, Reels Instagram, dan YouTube. Mereka juga bisa membuat video pendek berisi pembacaan puisi.

SEMANGAT LITERASI: Gol A Gong bersama Manajer Gong Publishing Abdul Salam (kanan) serta relawan Rumah Global Setiawan Jodi (kiri) dan Rudi Rustiadi berdiskusi di pojok Perpustakaan Rumah Global, Serang, Banten. (MUHAMAD ALI/JAWA POS)


Gong pun menayangkan pegawai anak-anak muda itu di akun media sosialnya. Setelah ini, dia juga akan mendorong agar generasi milenial membuat buku digital. Dengan begitu, teknologi harus betul-betul dimaksimalkan untuk meningkatkan budaya literasi. ”Jaringan internet di sekolah harus bagus,” tegasnya.


Pendiri Rumah Global di Serang itu juga menggerakkan duta baca se-Indonesia buat aktif meningkatkan budaya literasi. Pihaknya baru saja menerbitkan buku Serikat tulisan dari para duta baca. Tulisan tersebut berisi pengalaman mereka selama menggerakkan budaya literasi. Jadi, duta baca tidak hanya pintar public speaking, tapi juga mahir menulis.


Gong berharap, dengan berbagai gerakan literasi yang dilakukan, akan muncul banyak penulis dan semakin banyak buku yang diterbitkan. Dengan ragam kata-kata bahasa Indonesia yang begitu kaya. Sebab, yang menjadi masalah sekarang bukan minat baca yang rendah, melainkan ketersediaan buku yang masih minim dan penulis yang masih sedikit.


Saat ini, kata dia, antrean membaca sangat panjang. Menurut Gong, satu buku bisa ditunggu puluhan ribu pembaca. Antusiasme masyarakat dalam meminjam buku sangat besar. Hal itu bisa dilihat di aplikasi iPusnas punya Perpusnas.




Terima Kasih teman perpustakaan.org telah membaca artikel/buku - buku di perpustakaan.org, Semoga teman perpustakaan.org dapat membuka wawasan teman perpustakaan.org sekalian dalam menimba ilmu di dunia maya,apabila ada kekurangan dalam penulisan berita di perpustakaan.org Mohon di maafkan,karena seyogianya penulis hanya seorang manusia biasa yang tidak luput dari sebuah kesalahan,jangan lupa tinggal komentar di berita ini ya sobat perpustakaan.org, terima kasih.

#perpustakaannasional, #perpustakaansekolah, #perpustakaananak, #perpustakaandigital, #perpustakaankeliling, #perpustakaanjalanan, #perpustakaanmini, #ayokeperpustakaan, #perpustakaandesa, #perpustakaanumum, #perpustakaandaerah, #perpustakaanrumah, #perpustakaanindonesia, #perpustakaanonline, #perpustakaangratis

Post a Comment

Previous Post Next Post