Menjadi Muslim Sejati Menurut Kitab Suci-Perpustakaan.org



Hallo teman perpustakaan.org, semoga hari ini dalam keadaan sehat walafiat, ingin mencari buku/artikel tentang seputar perpustakaan disini tempatnya,temukan buku-buku serta artikel perpustakaan terbaik kami hanya di perpustakaan.org.

Dalam buku Aksin Wijaya, terdapat dua kata kunci yang penting, genealogi dan orientasi. Genealogi membahas asal usul Islam dan orientasi membahas cara pembacaan kitab suci yang benar. Dalam pembacaan kitab suci, penting untuk memahami alur dan latar belakang menjadi muslim yang murni dan tidak menyimpang dari maksud teks.

Tafsir maqashidi adalah pendekatan baru dalam memahami Islam yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Pendekatan ini terkait dengan satu dari tiga aliran besar dalam Islam, yakni Mu'tazilah, Asy'ariyah, dan Maturidiyah. Dalam tafsir maqashidi, terdapat tiga pendekatan yang memadukan dimensi teks, ideal moral, dan makna spirit untuk menemukan maksud Tuhan secara objektif.

Tafsir maqashidi memandang bahwa menjadi muslim murni adalah memahami dan menghayati iman, Islam, dan ihsan yang diwujudkan dalam keyakinan (akidah), ibadah, dan akhlak/tasawuf. Ketiga aspek ini harus dijalankan serentak sehingga keteguhan kepercayaan berbuah amal baik dan pada waktu yang sama etika adalah perwujudan batiniah-lahiriah dalam hubungan sosial politik, baik dengan muslim maupun bukan muslim.

Secara hermeneutik, pemahaman tidak bisa dilihat secara atomistik, tetapi bergerak dari bagian pada keseluruhan dan sebaliknya. Situasi dari teks mesti ditimbang secara saksama sehingga kondisi sosial bisa diungkap untuk mengetahui latar belakang dari teks. Dalam bahasa tafsir maqashidi, maksud-maksud itu bisa ditelusuri melalui maqashid ayat, surah, dan Alquran secara umum.

Tafsir maqashidi adalah tafsir alternatif-moderat di antara dua kubu, ekstrem tekstual dan liberal substansialis. Namun, kekurangannya adalah ia masih dalam proses menjadi sehingga tidak kukuh secara teologis, epistemologis, dan hermeneutis, terutama kemungkinan menemukan maksud Tuhan secara objektif.

Dalam bagian pertama dari tulisannya, Aksin menyimpulkan bahwa tafsir maqashidi sudah muncul pada era klasik. Meskipun demikian, ia muncul belakangan dalam menjadi proses teori studi Alquran. Kontribusi penting dari karya ini adalah menjelaskan makna kafir yang selama ini dipahami secara sepotong-potong. Dengan kajian tafsir yang menyeluruh, betapapun kata ini terdapat dalam kitab suci, secara etis tidak bisa serampangan disematkan pada orang lain.

Dalam tafsir maqashidi, orientasi jelas mengandaikan sebuah sikap dari penulis untuk menghadirkan cara pembacaan yang mesti diarahkan pada penerapan dari pesan utama kitab suci.

Dengan menggabungkan ketiga pendekatan tersebut, tafsir maqashidi mampu memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang makna Alquran. Hal ini karena tafsir maqashidi tidak hanya memperhatikan aspek teks, tetapi juga aspek moral dan spirit kontekstual yang relevan dengan realitas kekinian.

Secara teologis, tafsir maqashidi dikaitkan dengan aliran Mu'tazilah yang memiliki pandangan lebih moderat. Pandangan ini sejalan dengan ciri-ciri moderatisme dari corak tafsir maqashidi. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Shahbir Akhtar dalam The Qur'an and The Secular Mind: "A philosophy of Islam (2008: 101) hanya aliran Mu'tazilah yang lebih cocok dengan sentimen moral modern, bahwa semua manusia mampu membedakan antara baik dan buruk, sebelum dan secara mandiri dari wahyu, dan semata-mata karena kemanusiaan mereka."

Dalam memahami Islam, tafsir maqashidi memandang bahwa kemurnian tidak bermakna anti-orang lain. Sebaliknya, kemurnian adalah memahami dan menghayati iman, Islam, dan ihsan yang diwujudkan dalam keyakinan (akidah), ibadah, dan akhlak/tasawuf. Ketiga aspek ini harus dijalankan serentak sehingga keteguhan kepercayaan berbuah amal baik dan pada waktu yang sama etika adalah perwujudan batiniah-lahiriah dalam hubungan sosial politik, baik dengan muslim maupun bukan muslim.

Dalam kesimpulannya, tafsir maqashidi memperkenalkan pendekatan baru dalam memahami Alquran. Pendekatan ini memadukan tiga pendekatan, yakni dimensi teks, ideal moral, dan makna spirit kontekstual, untuk menemukan maksud Tuhan secara objektif. Hal ini membuat tafsir maqashidi memberikan pemahaman yang lebih dalam dan relevan dengan realitas kekinian.

Dalam memahami Islam, penting untuk memahami makna kemurnian yang sesungguhnya. Kemurnian tidak bermakna anti-orang lain, melainkan memahami dan menghayati iman, Islam, dan ihsan dengan sebaik-baiknya. Dengan menghayati ketiga aspek tersebut, akan menghasilkan amal yang baik dan memperkuat etika dalam hubungan sosial politik, baik dengan muslim maupun bukan muslim.

Artikel ini membahas tentang tafsir maqashidi, sebuah pendekatan baru dalam memahami Alquran. Tafsir maqashidi memadukan tiga pendekatan, yakni dimensi teks, ideal moral, dan makna spirit kontekstual, untuk menemukan maksud Tuhan secara objektif.

Dalam pembacaan Alquran, penting untuk memahami asal usul Islam dan cara pembacaan kitab suci yang benar. Genealogi membahas asal usul Islam, sedangkan orientasi membahas cara pembacaan kitab suci yang benar.

Tafsir maqashidi adalah tafsir alternatif-moderat di antara dua kubu, yakni ekstrem tekstual dan liberal substansialis. Namun, kekurangan tafsir maqashidi adalah masih dalam proses menjadi sehingga tidak kukuh secara teologis, epistemologis, dan hermeneutis, terutama kemungkinan menemukan maksud Tuhan secara objektif.

Dalam memahami Islam, tafsir maqashidi memandang bahwa menjadi muslim murni adalah memahami dan menghayati iman, Islam, dan ihsan yang diwujudkan dalam keyakinan (akidah), ibadah, dan akhlak/tasawuf. Ketiga aspek ini harus dijalankan serentak sehingga keteguhan kepercayaan berbuah amal baik dan pada waktu yang sama etika adalah perwujudan batiniah-lahiriah dalam hubungan sosial politik, baik dengan muslim maupun bukan muslim.

Dalam artikel ini juga dibahas tentang makna kemurnian yang sesungguhnya dalam Islam. Kemurnian tidak bermakna anti-orang lain, melainkan memahami dan menghayati iman, Islam, dan ihsan dengan sebaik-baiknya. Dengan menghayati ketiga aspek tersebut, akan menghasilkan amal yang baik dan memperkuat etika dalam hubungan sosial politik, baik dengan muslim maupun bukan muslim.

Kesimpulannya, tafsir maqashidi memperkenalkan pendekatan baru dalam memahami Alquran. Pendekatan ini memadukan tiga pendekatan, yakni dimensi teks, ideal moral, dan makna spirit kontekstual, untuk menemukan maksud Tuhan secara objektif. Hal ini membuat tafsir maqashidi memberikan pemahaman yang lebih dalam dan relevan dengan realitas kekinian.


  • Judul: Fenomena Berislam: Genealogi dan Orientasi Berislam Menurut Al-Qur’an
  • Penulis: Prof Dr Aksin Wijaya
  • Penerbit: Ircisod
  • Cetakan: I, 2022
  • Tebal: 228 halaman
  • ISBN: 976-623-5348-02-5

*) AHMAD SAHIDAH, Dosen semantik dan ma’anil Quran Universitas Nurul Jadid, Probolinggo

Terima Kasih teman perpustakaan.org telah membaca artikel/buku - buku di perpustakaan.org, Semoga teman perpustakaan.org dapat membuka wawasan teman perpustakaan.org sekalian dalam menimba ilmu di dunia maya,apabila ada kekurangan dalam penulisan berita di perpustakaan.org Mohon di maafkan,karena seyogianya penulis hanya seorang manusia biasa yang tidak luput dari sebuah kesalahan,jangan lupa tinggal komentar di berita ini ya sobat perpustakaan.org, terima kasih.

#perpustakaannasional, #perpustakaansekolah, #perpustakaananak, #perpustakaandigital, #perpustakaankeliling, #perpustakaanjalanan, #perpustakaanmini, #ayokeperpustakaan, #perpustakaandesa, #perpustakaanumum, #perpustakaandaerah, #perpustakaanrumah, #perpustakaanindonesia, #perpustakaanonline, #perpustakaangratis

Post a Comment

Previous Post Next Post