Nusantara, Asia Tenggara, dan Nusantaria-Perpustakaan.org



Hallo teman perpustakaan.org, semoga hari ini dalam keadaan sehat walafiat, ingin mencari buku/artikel tentang seputar perpustakaan disini tempatnya,temukan buku-buku serta artikel perpustakaan terbaik kami hanya di perpustakaan.org.

Konsep Nusantaria yang diajukan oleh Philip Bowring membahas tentang kesatuan kawasan maritim yang meliputi pintu masuk utara menuju Selat Malaka dan Selat Luzon serta Kepulauan Banda dan kawasan ujung timur kepulauannya. Dalam konsep ini, Bowring menyebutkan dinamika peradaban yang terjadi pada kawasan tersebut yang dipertautkan dengan perniagaan global melalui jalur maritim.

Kawasan Asia Tenggara memiliki akar kuat kesejarahan dalam dunia maritim. Sebelum terpetak dalam negara-negara bangsa yang modern, kawasan ini merupakan kesatuan budaya yang terbangun dari kesatuan linguistik serta warisan budaya Austronesia. Hal ini telah diungkapkan oleh sejarawan Anthony Reid dalam Southeast Asia in the Age of Commerce 1450–1680: the Land Below the Winds.

Melalui prinsip kronologis, Bowring merangkai awal peradaban Nusantaria yang dimulai dari zaman gletser hingga migrasi manusia yang kemudian membentuk manusia ras Austronesia. Meski dalam perkembangannya manusia yang mendiami Nusantaria tergolong ras Mongoloid.

Rangkaian kontak perdagangan di kawasan Nusantaria membuktikan argumen suatu kawasan yang melahirkan pusparagam sosiokultural (melting pot) sebagai dampak masuknya pengaruh dari berbagai kutub. Pusparagam itu menciptakan ruang kontestasi dan resistansi yang tidak hanya dari sisi politik.

Dalam bab khusus, Bowring mengulas tentang diaspora masyarakat Makassar dan Bugis yang meningkat sejalan dengan aktivitas perdagangan serta kawasan perairan terbuka dalam perniagaan maritim. Makassar merupakan wilayah entrepot bagi rempah-rempah dari Maluku dan distributor barang-barang manufaktur dari Tiongkok dan India ke Asia Tenggara. Sedangkan Bugis dikenal sebagai bangsa pelaut, pedagang, serta memiliki mobilitas sosial yang tinggi jauh sebelum pengaruh Islam masuk.

Terminologi Nusantaria mungkin masih menjadi perdebatan, namun usaha Bowring untuk merekonstruksi pemahaman kawasan yang sekarang meliputi wilayah Asia Tenggara hingga kepulauan Pasifik patut diapresiasi. Ia mengingatkan soal pertautan identitas sosiokultural di tengah-tengah kondisi Nusantaria telah terfragmentasi menjadi negara-negara modern yang diikat melalui kebangsaan serta administrasi politik kewilayahan.

Dalam bukunya, Bowring menguatkan argumennya bahwa wilayah Nusantaria tetap menjadi wilayah strategis dalam diplomasi global. Kendati fragmentasi sebagai negara modern melindapkan potensi konflik diplomasi, tak bisa dimungkiri kesatuan budaya, khususnya dari sisi linguistik (bahasa), mempersatukan.

Dalam mengulas buku Philip Bowring, tidak dapat diabaikan argumennya mengenai peradaban Atlantis yang berada di kawasan paparan Sunda. Bowring menarik kesimpulan ini berdasarkan sumber Mesir Kuno yang disitir filsuf Plato, yang menyebutkan bahwa kawasan tersebut memiliki kontak dengan dunia Timur serta perairan laut dangkalnya.

Namun, ada kekurangan dalam argumen Bowring, yaitu kurangnya bukti-bukti arkeologis dan sumber-sumber teks setempat yang mewartakan hipotesis soal peradaban paparan Sunda tersebut. Meskipun begitu, hal ini tidak merusak kualitas buku Bowring yang secara umum memberikan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai kawasan maritim Asia Tenggara.

Buku ini juga membuktikan bahwa kawasan maritim Asia Tenggara memiliki sejarah dan identitas budaya yang unik dan perlu diperhatikan secara serius. Hal ini diungkapkan oleh sejarawan Adrian B. Lapian dalam Orang Laut, Bajak Laut, dan Raja Laut: Sejarah Kawasan Sulawesi Abad XIX, bahwa perhatian terhadap aspek maritim bukan lagi merupakan hal yang pantas dilakukan, melainkan menjadi yang wajib mendapat prioritas istimewa.

Dengan adanya buku seperti karya Philip Bowring, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemerintah tentang pentingnya kawasan maritim Asia Tenggara dan identitas budayanya. Hal ini dapat membantu dalam menghadapi tantangan global dan memperkuat diplomasi antarnegara di kawasan tersebut.

Dalam buku yang ditulis oleh Philip Bowring, ia membahas mengenai konsep Nusantaria yang menggabungkan beberapa wilayah maritim di Asia Tenggara, seperti Selat Malaka, Selat Luzon, dan Kepulauan Banda. Bowring menekankan bahwa kawasan ini memiliki sejarah dan identitas budaya yang unik, terutama dari segi linguistik serta warisan budaya Austronesia.

Bowring juga membahas mengenai peradaban Atlantis yang berada di kawasan paparan Sunda. Meskipun argumen Bowring didasarkan pada sumber-sumber Mesir Kuno yang disitir filsuf Plato, namun kekurangan dalam bukti-bukti arkeologis serta sumber-sumber teks setempat yang mewartakan hipotesis soal peradaban paparan Sunda tersebut.

Namun, karya Bowring tetap memberikan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai kawasan maritim Asia Tenggara. Ia menyoroti pentingnya perhatian terhadap aspek maritim sebagai prioritas istimewa, seperti yang diungkapkan oleh sejarawan Adrian B. Lapian dalam Orang Laut, Bajak Laut, dan Raja Laut: Sejarah Kawasan Sulawesi Abad XIX.

Dengan adanya buku ini, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemerintah mengenai pentingnya kawasan maritim Asia Tenggara dan identitas budayanya. Hal ini dapat membantu dalam menghadapi tantangan global dan memperkuat diplomasi antarnegara di kawasan tersebut.

  • Judul Buku: Nusantaria, Sejarah Maritim Asia Tenggara
  • Penulis: Philip Bowring
  • Penerjemah: Febri Ady Prasetyo
  • Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) Jakarta
  • Tahun Terbit: 2022
  • Tebal: 400 halaman + i-xxx
  • ISBN: 978-602-481-801-2

*) WIJANARTO, Bekerja di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Brebes

Terima Kasih teman perpustakaan.org telah membaca artikel/buku - buku di perpustakaan.org, Semoga teman perpustakaan.org dapat membuka wawasan teman perpustakaan.org sekalian dalam menimba ilmu di dunia maya,apabila ada kekurangan dalam penulisan berita di perpustakaan.org Mohon di maafkan,karena seyogianya penulis hanya seorang manusia biasa yang tidak luput dari sebuah kesalahan,jangan lupa tinggal komentar di berita ini ya sobat perpustakaan.org, terima kasih.

#perpustakaannasional, #perpustakaansekolah, #perpustakaananak, #perpustakaandigital, #perpustakaankeliling, #perpustakaanjalanan, #perpustakaanmini, #ayokeperpustakaan, #perpustakaandesa, #perpustakaanumum, #perpustakaandaerah, #perpustakaanrumah, #perpustakaanindonesia, #perpustakaanonline, #perpustakaangratis

Post a Comment

Previous Post Next Post